Senin, 14 Desember 2009

PENGUNGKAPAN


MENCARI MUTIARA YANG TERSIMPAN

“Cinta sejati tidak akan meminta balasan,

namun cinta sejati akan dibalas tanpa diminta.”

(Syabasyah)

Cinta, satu kata yang belum ku mengerti sepenuhnya. Wanita, sosok yang membuat aku terpesona. Dia-lah yang kini aku merasakan hal yang belum pernah ku rasakan sebelumnya. Ya, sengaja aku menggunakan kata “dia”, karena ku tak ingin dia tahu bahwa selama ini ku mencintainya. Bahkan kalau bias hanya aku dan Tuhan mengetahuinya, namun itu sebuah impian kosong, karena sebagian besar temankumengetahuinya. Seandainya saja peristiwa saat kelas Xl itu tidak terjadi, mungkin teman-temanku tidak akan tahu. Ah, yang terjadi biarlah terjadi, tak perlu ku sesali.

Sekarang, yang terpenting bagiku adalah mengistiqomahkan hatiku untuk selalu mencintainya, tak apa walaupun dia sama sekali tidak mencintaiku. Bukankah cinta sejati tidak akan meminta balasan.

Entah kenapa, perasaan ini tidak pernah berubah. Hatiku menganggapnya sebagai mutiara yang tak tergantikan untuk saat ini. Semoga tak hanya “saat ini”, namun “saat kapanpun”, karena jika hanya saat ini, maka tidaklah disebut cinta sejati, melainkan “cinta sesaat”, atau yang lebih akrab disebut “cinta monyet”. Aku tak ingin cinta seperti itu. Aku ingin cinta yang satu selamanya. Aku tak ingin menyakiti siapapun. Pacaran sekarang, menurutku, hanya akan membuat salah satu pihak ataupun kedua-duanya tersakiti. Aku tidak sanggup melihat seorang wanita menangis dihadapanku, apalagi dia mengangis gara-gara aku, apalagi dia adalah orang yang sangat ku cintai. Mungkin, bagi sebagian orang ini adalah hal-hal yang terdapat dalam diri orang yang sok suci, munafik, omong kosong. Terserah orang mau bilang apa, kadang untuk hal tertentu, saya tidak perlu memedulikan penilaian orang lain.

***

Aku tak tahu sejak kapan rasa itu muncul. Masih segar betul dalam ingatanku saat ku bertemu dia pertama kali. Dia terlihat manis, pendiam, anggun, lugu sederhana, pintar, cerdas. Menurutku, dia adalah gadis yang pandai menempatkan posisinya. Dia tahu bagaimana dan apa yang seharusnya dia lakukan. Dia paham apa yang menjadi kebutuhan dalam hidupnya. Seakan-akan aku tidak mampu menemukan kejelekan sedikitpun darinya. Sampai suatu ketika aku mendapatkan sifat yang sedikit tidak kusukai. Namun, seketika itu pula hatiku membelanya. “tidak ada wanita yang sempurna. Kesempurnaan itu ada manakala kita telah dapat menerima ketidaksempurnaan itu sendiri,” kata hati kecilku. Apakah, aku terlalu berlebihan menilainya? Apakah aku telah dibuatakan oleh cinta? Namun, bukan penilaian-penilaian itu yang membuatku cinta dia.

Suatu ketika ada seorang sahabat yang bertanya tentang dia. Sahabat tersebut heran dan penasaran kenapa aku bisa mencintai cewek seperti dia.

Sahabat : “Mengapa kamu suka dia? Apa yang membuatmu suka dia?”

Aku : “Aku tidak tahu.”

Sahabat : “Kenapa ga’ tahu? Aneh.”

Aku : “Aku memang ga’ tahu jawabannya, bukan karena aku tahu kemudian aku menyembunyikannya darimu, tapi aku memang benar-benar tidak tahu. Ya, itulah cinta. Lucu dan penuh misteri.”

Cinta itu lucu, bahkan tidak hanya cinta, peristiwa-peristiwa yang ada di dunia ini sering membuatku tersenyum lebar. Kok bisa? Bagaimana tidak, lha wong kadang orang yang benar-benar memperhatikan kita, justru tidak kita perhatikan, malah kita memberikan perhatian pada orang yang tidak memerhatikan kita. Seperti aku juga yang telah menyia-nyiakan teman yang telah memperhatikanku lebih dulu. Teman yang unik, lucu, cantik, terbuka, supel, murah senyum, sederhana, lugu, cerdas, pintar dan berprinsip. I just wanna say,”I regret for my fault. I’m sorry. I hope you read this and you can forgive me……..”

***

Aku benci dia telah membuatku berkorban perasaan

Aku benci dia membuatku harus memikirkannya

Aku benci dia membuatku merasakan rindu yang amat sangat

Aku benci dia membuatku merasakan hal yang belum pernah ku rasakan sebelumnya

Aku benci ketika dia membenciku

Dan hal yang paling ku benci adalah kenyataan bahwa aku tidak dapat membencinya sama sekali

Begitulah

Semua benar adanya

Aku tidak mengada-ada

Aku memang sering bercanda

Namun tidak dalam hal asmara dan bercinta

***

Saat ku memandang dirinya, ku tatap matanya, ku lihat seyumnya, entah mengapa seakan-akan meyakiniku bahwa dia tercipta untukku. Meyakiniku bahwa dia akan menjadi milikku. Meyakiniku bahwa aku akan hidup bersama dia suatu saat nanti.

Suatu keyakinan yang konyol. “Jangan mimpi deh. Bagaimana mungkin menjadi milikku kalau aku saja tidak pernah mengungkapkan perasaan itu” kata hatiku.

Sampai aku selesai menulis tulisan ini, aku memang belum mengungkapkankan rasa itu. Kalaupun harus ku ungkapkan, akan ku ungkapkan ketika keadaan benar-benar memaksaku untuk mengungkapkannya. Aku ingin melakukan eksperimen yang ku sebut dengan eksperimen cinta. Eksperimen yang akan menguji sampai mana dan bagaimana cinta ini akan bertahan. Selain itu, aku belum siap untuk patah hati walaupun ku tahu bahwa patah hati adalah hal yang rasional dan salah satu bagian dari cinta untuk mendapatkan cinta yang utuh. Aku merasa aku tidak pantas untuknya. Aku terlalu takut dibenci olehnya. Aku takut akan ada yang berubah darinya, entah itu sikap ataupun lainnya.aku takut tidak dapat menjadi seperti apa yang ia inginkan. Aku tak mau merusak hubungan persahabatan yng telah aku dan dia jalani selama ini. Aku tak ingin mengusik kebahagiaan yang telah dia rasakan saat ini.

Aku tak tahu mengapa keyakinan dan ketakutan-ketakutan itu muncul. Dan aku pun tak ingin tahu. Yang ku ingin tahu hanyalah apakah keyakinan itu hakiki? Apakah ketakutanku itu hanya ketakukan semu belaka? Apakah dia adalah mutiara yang tersimpan yang ku cari selama ini? Entahlah, biarlah waktu yang menjawab semua pertanyaan itu. Aku hanya ingin berucap padanya,”Maafkan aku menyanyangi dan mencintaimu lebih dari yang kau tahu.”

Tidak ada komentar: